Senin, 03 Desember 2012

Tugas TBT - Hortikultura (Buah Langkah)


Tugas Kelompok, Oleh :
Nama : 1. Nurul Hidayati         (2100310007)
             2. Ali Mahbub Suyuti  (2110310020)
Tugas : TBT – Hortikultura

TUGAS :
1.    Mencari buah langkah beserta plasma nutfa nya dan gambarkan…
2.      Gambarkan bagaimana penyebab kerusakan/penurunan hasil pada tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias (pilih salah satu jenis tanaman) dan proses merusaknya…

JAWAB :
1.      Buah Bisbul (Diospyros blancoi)
A.    Asal Usul
Bisbul (Diospyros blancoi) dikenal juga sebagai Velvet Apple (Inggris) atau Buah Mentega (Indonesia). Merupakan buah yang awalnya hidup liar di hutan-hutan primer dan sekunder Filipina. Namun kini telah menyebar di berbagai negeri tropis, termasuk Indonesia, di Bogor, Jawa Barat dibudidayakan di pekarangan. Buah bisbul berbentuk bulat gepeng, berbulu halus seperti beludru. Termasuk keluarga eboni (suku Ebenaceae) dan berkerabat dengan Kesemek dan Kayu Hitam. Tak heran jika di negeri asalnya disebut Buah Mabolo atau Buah Berbulu.Bisbul sudah cukup lama dikenal dan banyak tumbuh di Bogor. Sudah lebih dari seratus tahun tumbuh di Bogor Selatan, masyarakat setempat, termasuk pedagang buah, sudah menganggap buah ini sebagai buah khas dari daerah Bogor. Dan kebetulan juga di daerah lain memang tak ditemukan. Berdasarkan literatur yang ada, tanaman tersebut diintoduksi ke Jawa, Malaysia pada tahun 1881, dan juga ke Kebun Raya Singapura, ke Calcuta di India. ”Diduga, bisbul ini beredar di daerah Bogor karena imbas dari Kebun Raya yang didirikan sejak tahun 1817. Tanaman ini berbuah terus menerus sepanjang tahun. Dari bunga sampai berbuah sekitar empat bulan. Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak. 
B.     Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan                : Plantae
Divisi                     : Magnoliophyta
Kelas                     : Magnoliopsida
Ordo                      : Ericales
Famili                    : Ebenaceae
Genus                    : Diospyros
Spesies                  : Diospyros blancoi

C.     Morfologi
Bisbul berperawakan pohon, berkelamin dua dan selalu hijau, tingginya 7-15(-32) m, diameter pangkal batangnya 50(-80) cm, tajuknya berbentuk kerucut. Daunnya berselang-seling, berbentuk lonjong, berukuran (8-30) cm x (2,5-12) cm, pinggirannya rata, pangkalnya biasanya membundar, ujungnya melancip, menjangat; lembaran daun sebelah atas berwarna hijau tua, berkilap, tak berbulu; lembaran daun sebelah bawah berbulu perak; daun mudanya berwarna hijau pucat sampai merah jambu, berbulu perak; tangkai daunnya mencapai panjang 1,7 cm. Bunga-bunga jantannya tersusun dalam payung menggarpu, di ketiak daun, terdiri atas 3-7 kuntum; tangkai bunganya pendek; daun kelopaknya berbentuk tabung, bercuping 4 yang~dalam, panjangnya kira-kira 1 cm; daun mahkotanya sedikit lebih besar daripada daun kelopak, berbentuk tabung dan bercuping 4 juga, berwarna putih susu; benang sarinya 24-30 utas, menyatu di pangkalnya, membentuk pasangan-pasangan; bunga betina soliter, berada di ketiak daun, bertangkai pendek, ukurannya sedikit lebih besar daripada bunga jantan, memiliki 4-5(-8) staminodia. Buahnya bertipe buah buni yang berbentuk bulat atau bulat gepeng, berukuran (5-12) cm x (8-10) cm, berbulu beludru, berwarna coklat kemerahan, di pangkalnya ada topi dari kelopak yang kaku dan tidak rontok; kulit buahnya tipis, tertutup rapat oleh bulu-bulu pendek yang berwarna coklat keemasan, mengeluarkan bau keras yang mirip bau keju; daging buahnya berwarna keputih-putihan, keras, agak kering, rasanya manis, sepet, berbau harum. Bijinya 0-10 butir per buah, berbentuk baji, ukurannya mencapai 4 cm x 2,5 cm x 1,5 cm. Pohon asal benih cenderung tumbuh tegak, kadang-kadang hanya memiliki satu batang tanpa cabang. Akan tetapi, pohon yang berasal dari sambungan perawakannya pendek dan mengeluarkan lebih banyak cabang lateral. Pohon yang berasal dari semai berbuah 6-7 tahun setelah ditanam, sedangkan yang berasal dari sambungan 3-4 tahun. Pohon bisbul bervariasi terutama dalam bentuk dan perbuluan daun serta bentuk dan rasa buah. Kandungan Nama daerah bisbul di Filipina ialah 'mabolo,' berarti buah berbulu, mengacu kepada buahnya yang berbulu. Buah bisbul memiliki 60-73% dari bagian yang dapat dimakan, yang setiap 100 g berisi: air 83,0-84,3 g, protein 2,8 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 11,8 g, serat 1,8 g, abu 0,4-0,6 g, kalsium 46 mg, fosfor 18 mg, besi 0,6 mg, vitamin A 35 SI, tiamina 0,02 mg, riboflavin dan niasina 0,03 mg, dan vitamin C 18 mg. Nilai energinya rata-rata 332 kJ/100 g.
     
(Pohon Bisbul)                              (Daun Muda)                     (Daun Tua)

   
(Pucuk Bunga Bisbul)             (Bunga Bisbul)                           (Buah Bisbul)


 
(Buah Bisbul)                  (Bagian dalam Buah)               (Biji Buah Bisbul)

D.    Budidaya Buah Bisbul
1.      Syarat Tumbuh
Tumbuh baik di daerah yang beriklim muson, dari 0 m sampai 800 m dpl, dan pada hampir segala tipe tanah. Bisbul sangat tahan terhadap angin topan. bisbul berbuah antara Juni-September; namun di Bogor buah telah dapat dipetik antara Maret-Mei.
2.      Pedoman Budidaya
Diospyros blancoi biasanya diperbanyak dengan benih yang memerlukan waktu 24 hari untuk berkecambah. Juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cangkokan, sambungan mata, atau sambungan pucuk. Cara terakhir ini dipraktekkan secara komersial di Filipina. Pada sambungan celah digunakan batang bawah bibit yang berumur 1 tahun. Batang atasnya diperoleh dari cabang dewasa yang tumbuh pada musim terakhir, yang memiliki kuncup ujung yang tumbuh balk, dipotong sepanjang 10-12 cm. Anakan pohon yang berasal dari sambungan dapat ditanam di lapangan dengan jarak tanam 810 m, pada awal musim hujan. Pohon yang berasal dari semai ditanam di sepanjang jalan dengan jarak tanam 10-15 m.
3.      Pemeliharaan
Setelah tanaman tumbuh dengan balk di lapangan, pohon bisbul hampir tidak memperoleh perawatan apa pun. Tunas-tunas liar dan cabang-cabang yang bertumpang-tindih seringkali dipangkas; begitu pula cabang-cabangnya yang menyentuh tanah.
4.      Hama dan Penyakit
Ada laporan mengenai beberapa jenis serangga yang memakan pucuk dan daun bisbul, seperti kumbang kecil penggulung daun, siput lunak dan ulat rumpun, cacing kantung, dan serangga bersisik merah. Akan tetapi dijumpai juga hama-hama yang kurang berarti. Tidak diperoleh laporan mengenai penyakit yang berbahaya.
5.      Panen dan Pasca Panen
Buah bisbul dianggap matang jika telah berubah dari coklat kehijau-hijauan menjadi merah kusam. Setelah dipanen buah bisbul dilap dengan secarik kain untuk menghilangkan bulu-bulunya agar penampilannya lebih menarik. Dalam 3-4 hari buah menjadi lunak dan harum baunya.

E.     Manfaat dan Kegunaan
Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Rasanya agak manis, tetapi cukup kering. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak. Kayunya licin dan tahan lama, warnanya hitam dan banyak dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan tangan. Pohon bisbul sering ditanam di pinggir jalan. Dalam setiap 100 gram buah bisbul mengandung 2,8 gram protein, 0,2 gram lemak, 11,8 gram karbohidrat, 1,8 gram serat, 46 mg kalsium, 18 mg fosfor, 0,6 mg zat besi, vitamin A, vitamin C, tiamin, roblavin, dan energi.

2.      HAMA DAN PENYAKIT PADA MENTIMUN
Mentimun merupakan tanaman yang sering kita jumpai dan sering dikonsumsi.dengan banyaknya kebutuhan yang di inginkan masyarakat sehingga banyak para petani mengembangkan penanaman mentimun.Dan dengan kurangnya pengetahuan dari para petani tentang teknik budidaya dan pemupukan maka sering para petani mengeluhkan tentang hama dan penyakit tanaman timun beserta cara penanggulangannya. Adapun hama dan penyakit Pada Tanaman Mentimun adalah sebagai berikut:


A.     Hama
1.      Aulocophora similis oliver (oteng-oteng).
Hama ini berupa kumbang daun yang panjangnya ± 1 cm, bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag) serta dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain dengan terbang. Hama ini merusak dan memakan daging daun, sehingga menimbulkan gejala bolong-bolong dan jika serangan cukup berat maka semua jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya. Pengendaliannya dengan cara melakukan rotasi tanaman, waktu tanaman serempak dan disemprot dengan insektisida atau pengendalian natural BVR atau PESTONA.
2.      Thrips dan Aphids
Dua jenis kutu pengisap cairan tanaman, yaitu Thrips sp. dan Myzus persicae. Thrips suka mengisap pucuk tunas dan bunga, sehingga daun mengeriting serta bentuk buah menjadi abnormal dan berbercak cokelat. Hama Aphids ini akan mengisap cairan tanaman dari pucuk hingga daun bagian bawah. Serangan hama ini lebih sporadis dan menyebabkan daun mengeras, menggulung ke bawah, dan berembun jelaga berwarna hitam sehingga, proses fotosintesis menjadi terganggu. Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik hitam perak. (b) hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih tua dan terserang penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan tanaman sefamili lainnya, seperti melon, semangka, dan waluh. Pemberantasannya melalui (a) jika serangan banyak dilakukan oleh Thrips sp., lakukan penyemprotan insektisida yang tepat pada sore hingga malam hari. Jika hanya aphids yang menyerang, penyemprotan bisa dilakukan pada pagi atau sore hari, (b) beberapa contoh insektisida yang bisa digunakan adalah Arrivo 30 EC, Marshal 200 EC, Pounce 20 EC dan Confidor 5 WP. Gunakan dosis sesuai anjuran yang tertera di labelnya.
3.      Mites
Bisa disebabkan oleh Tarsonomus sp.,Tretahichus sp., dan Hermitarsonemus sp.Hama ini termasuk jenis akarina. Bentuk tubuhnya seperti laba-laba; berukuran
1 - 2 mm; serta berwarna cokelat, merah, dan kuning. Binatang ini disebut juga tungau. Biasanya, tungau akan mengisap cairan tanaman. Perilakunya seperti aphids, bergerombol di balik daun. Serangan hama ini akan menyebabkan daun mengeras dan muncul karat di balik daun. Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik hitam perak, (b) hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih tua dan terserang penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan tanaman sefamili, seperti melon, semangka dan waluh. Pemberantasannya melalui: (a) semprot dengan akarisida (pestisida untuk jenis akarina) yang tepat sasaran. Lakukan penyemprotan pada pagi atau sore hari. Arahkan mata spray ke balik daun. (b) contoh beberapa akarisida yang bisa digunakan adalah Kelthane 200 EC, Morestan 25 WP, Meothrin 50 EC, dan Omithe 570 EC. Gunakan dosis sesuai dengan anjuran yang tertera di label kemasan
B.      Penyakit
1.      Downy Mildew atau Embun Bulu
Penyakit ini disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis. Serangan penyakit ini menimbulkan gejala awal berupa bercak kuning yang berbentuk kotak mengikuti alur tulang daun. Serangannya dimulai dari daun yang sudah tua. Semakin lama, bercak kuning semakin lebar dan daun mengering, Pencegahannya dengan cara: (a) hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang umurnya lebih tua, (b) perbaiki saluran drainase, terutama pada musim hujan, dan (c) lakukan sanitasi lahan secara rutin. Pemberantasannya dengan cara (a) jika tampak gejala awal, segera semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan mata spray ke permukaan daun bagian atas dan bawah, (b) beberapa contoh fungisida yang bisa digunakan adalah Anvil 50 5C, Nimrod 250 EC dan Score 250 EC. Gunakan dosis

yang sesuai dengan anjuran.

(Gambar : Downy Mildew atau Embun Bulu)
2.     
 Powdery Mildew atau Embun Tepung
Penyakit ini disebabkan oleh Erisiphe sp. Gejalanya hampir sama dengan gejala downy mildew tetapi terdapat serbuk putih seperti tepung yang muncul di balik daun.Pencegahannya dengan cara (a) hindari menaman berdekatan dengan tanaman mentimun yang umurnya lebih tua, (b) perbaiki saluran drainase, terutama pada musim hujan dan, (c) lakukan sanitasi lahan secara rutin.Pemberantasannya melalui (a) ketika gejala awal muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan mata spray lebih dominan ke permukaan daun bagian bawah. (b)fungisida yang bisa digunakan di antaranya Afugan 300 EC, Score 250 EC, dan Morestan 25 WP. Gunakan dosis sesuai dengan anjuran yang tertera di label kemasan.
(Gambar : Powdery Mildew atau Embun Tepung)
3.      Penyakit Mosaik Timun
Penyakit mosaik pada timun merupakan penyakit yg disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV) atau Virus Mosaik Ketimun. Virusnya disebut Marmor astrictum Holmes. Selain itu, juga diketahui ada jenis virus lain yg menyerang tanaman timun yakni Zucchini Yellow Mosaic Virus (ZYMV) . Tanaman timun yg terinfeksi virus menjadi terganggu metabolismenya sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, junlah buah sedikit dan berukuran kecil.
Gejala spesifik berupa terjadinya klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat, permukaan daun berlekuk-lekuk (bergelombang), ukuran permukaan daun lebih kecil, daun berlepuh hijau gelap (blister), pertumbuhan tanaman lebih pendek, daun berbentuk mangkuk atau cawan.

Penyebaran virus ini dapat secara langsung karena gesekan bagian tanaman yang sakit ke daun atau bagian tanaman lain yg sehat karena adanya angin, oleh kutu daun (Aphis gossypii Glow), pekerja kebun dan peralatan pertanian.
(Gambar : Penyakit Mosaik Timun)
4.      Layu Bakteri Timun
Penyakit layu pada timun juga dapat disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum E.F. Smith. Penyakit layu bakteri juga mematikan, tidak lama setelah gejala tampak. Tanaman timun yg terserang bakteri gejala layu tampak pada bagian tubuh tanaman, Setelah beberapa waktu, tanaman akan layu secara keseluruhan. Gejala luar layu bakteri mirip dengan layu fusarium. Kedua penyakit ini dapat dibedakan dengan melihat gejala bagian dalam tanaman. Pada layu bakteri, batang timun jika dipotong akan tampak berlendir (lendir berwarna kemerahan), Akibat serangan bakteri ini, jaringan pembuluh pengangkutan di dalam batang tidak berfungsi sehingga pengangkutan air dan zat-zat hara terhenti.
Penyebaran bakteri ini dapat melalui air, serangga, nematoda, alat-alat pertanian yang baru dipergunakan untuk menebang tanaman sakit lalu digunakan untuk memangkas tanaman lain yg sehat. Bakteri dapat menginfeksi ke seluruh tubuh tanaman.

Penyakit layu bakteri, selain menyerang timun, juga menyerang tanaman lain seperti tembakau, kacang tanah, kentang, melon, lada, jahe, jeruk, ubi kayu, cabai dan semangka
Gambar : Layu Bakteri Timun

5.      Layu Fusarium Timun

Penyakit layu Fusarium menyebabkan tanaman layu dan mati. Penyebabnya adalah Fusarium oxysporium f.sp melonis (Leach et currence) Snyd et Hans. Cendawan ini berkembang pesat pada suhu 21-33oC dengan suhu optimum 28oC. Cendawan hidup dalam tanah dan menginfeksi tanaman melalui akar yang terluka karena alat pertanian atau karena serangan nematoda. Setelah menginfeksi, cendawan ini akan menjalar ke batang dan menetap pada berkas pembuluh pengangkutan dan merusak jaringan tersebut.

Gejala tanaman yg terserang layu Fusarium adalah pada mulanya tulang daun menguning, kemudian bercak kuning tersebut menjalar ke tangkai daun dan daun. Selanjutnya daun menjadi layu. Jika cendawan sudah menyerang batang naka seluruh tanaman akan layu, Kelayuan tanaman bersifat mendadak dan tetap (tidak bisa kembali sehat). Jika tanaman muda yg terserang penyakit ini maka akan kerdil, hidupnya merana dan menyebabkan kematian. Pada tanaman dewasa yg dapat bertahan sampai berbuah, maka buah yg dihasilkan kecil-kecil, jumlah buah sedikit dan kualitasnya jelek. Bila batang tanaman timun yg terserang penyakit layu Fusarium dipotong secara melintang, maka akan tampak adanya lingkaran-lingkaran berwarna coklat pada berkas pembuluhnya.


Gambar : Layu Fusarium Timun

6.      Rebah Semai Timun

Penyebab penyakit rebah semai adalah cendawan Phytium sp. Cendawan ini menyerang kecambah. Cendawan Phytium sp menginfeksi melalui kulit biji atau kecambah. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan cendawan ini adalah kelembaban tanah yang tinggi dan suhu antara 25-36oC. Cendawan ini hidup dalam tanah dan penyebarannya dapat melalui tanah, biji dan air.

Gejala kecambah yang telah terinfeksi cendawan ini adalah pada bagian batang di bawah keping biji berwarna putih pucat. Hal ini karena klorofilnya telah rusak. Kecambah yang telah rusak ini dapat gagal tumbuh. Jika benih masih dapat tumbuh, bagian yang terinfeksi tersebut akan membusuk sehingga bibit yang baru tumbuh mengkerut dan mengecil, layu, rebah, dan akhirnya mati.

7.      Antraknose.
Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum Lagenarium Pass. Gejala awal bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk agak bulat atau bersudut-sudut sehingga daun mati, gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, ditengah bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah.Pengendaliannya pemberian Natural GLIO sebelum tanam.
8.      Bercak Daun Bersudut.
Penyebabnya cendawan Pseudomonas Lachrynmans, Menyebar pada musim hujan. Gejalanya, berupa daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian dengan pemberian Natural GLIO sebelum tanam. Penyakit lain yang menyerang tanaman mentimun, yaitu virus, kudis (scab) dan busuk buah (Lasarsus, Pusluhtan).


DAFTAR PUSTAKA

http://penyakitutama.blogspot.com/2007_09_01_archive.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar